Pasar Tertua di Jakarta Makin Sunyi Sepi, Curhat Pedagang Bikin Sedih

Pasar Tertua, Beberapa pedagang di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur mengaku masih bertahan di pasar tersebut meski pelanggan makin sepi,- di mana beberapa alasannya yakni karena tuntutan hidup. Rima, pedagang sepatu mengaku masih bertahan di Pasar Jatinegara karena jika ingin pindah, maka harus mempersiapkan segala apapunnya lagi, di tambah nasibnya belum tentu sebaik di pasar tersebut.

Pasar Tertua

Pasar Tertua di Jakarta Makin Sunyi Sepi, Curhat Pedagang Bikin Sedih– Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut pada Jumat (4/7/2025), kondisinya memang tidak sepenuhnya sepi. Bahkan di depan pasar tepatnya pintu masuk Jalan Matraman Raya, kondisinya masih terbilang ramai meski tidak seramai seperti dahulu. Di gedung utama pasar tersebut, terlihat pelanggan yang masih cukup ramai berada di lantai basement, lantai dasar, dan lantai 1. Sedangkan lantai 2, hanya beberapa pelanggan terlihat sedang menghampiri beberapa toko. Parahnya di lantai 3, di mana banyak ruko-ruko yang sudah tutup di lantai ini.

Pasar Tertua di Jakarta Makin Sunyi Sepi, Curhat Pedagang Bikin Sedih

Suasana Pasar Jatinegara, salah satu pasar tertua di Jakarta, kini tak lagi seramai dulu. Dulu dikenal sebagai pusat perbelanjaan tradisional yang selalu ramai pengunjung, kini pasar ini semakin sunyi. Lorong-lorong yang dulunya padat pembeli kini lebih sering terlihat lengang. Para pedagang pun hanya bisa pasrah menghadapi kondisi yang kian sulit.

Banyak pedagang mengeluhkan penurunan omzet drastis hingga 70% dalam beberapa tahun terakhir. Faktor ekonomi, perubahan gaya belanja masyarakat, hingga tuntutan hidup membuat pasar tradisional seperti Pasar Jatinegara semakin terpuruk.

Kisah Rima, Pedagang Sepatu yang Masih Bertahan

Rima (47), seorang pedagang sepatu di Pasar Jatinegara, mengaku tetap bertahan meski omzet terus merosot. Menurutnya, keputusan untuk tetap berjualan di pasar ini bukan tanpa alasan.

“Kalau mau pindah, saya harus siap modal lagi, belum lagi sewa tempat yang lebih mahal. Sekarang saya bertahan di sini sambil cari tambahan pemasukan lain,” ungkap Rima sambil merapikan dagangannya.

Rima sudah berjualan sepatu di Pasar Jatinegara sejak 2002. Ia mengaku setiap bulan harus memutar otak untuk membayar biaya operasional, seperti sewa lapak, listrik, dan kebutuhan rumah tangga.

Bagi Rima, pindah ke tempat lain memang menjadi opsi, tetapi butuh kesiapan finansial yang tidak sedikit. “Mau pindah? Bisa saja, tapi harus siap modal puluhan juta untuk sewa tempat baru, beli stok, belum lagi biaya promosi,” tambahnya.

Mengapa Pasar Jatinegara Kian Sepi?

Ada beberapa alasan utama yang menyebabkan Pasar Jatinegara, serta pasar tradisional lain di Jakarta, semakin sepi. Berikut beberapa faktor penting:

Perubahan Gaya Belanja Masyarakat

Kini masyarakat urban lebih memilih berbelanja online atau ke pusat perbelanjaan modern. Kemudahan belanja online yang menawarkan diskon besar, gratis ongkir, dan bisa dilakukan dari rumah membuat pasar tradisional semakin ditinggalkan.

Menurut data Asosiasi E-Commerce Indonesia, pada 2024 tercatat lebih dari 220 juta transaksi e-commerce setiap bulan di Indonesia. Angka ini naik signifikan dibandingkan lima tahun sebelumnya.

 Kenaikan Biaya Operasional

Biaya sewa tempat di pasar, listrik, serta harga bahan baku semakin tinggi. Banyak pedagang yang tidak sanggup lagi menutupi biaya tersebut karena omzet yang menurun. Hal ini membuat sebagian pedagang terpaksa gulung tikar atau pindah ke lokasi lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Tuntutan Hidup yang Semakin Berat

Banyak pedagang pasar tradisional juga harus memikirkan biaya pendidikan anak, cicilan rumah, serta kebutuhan pokok lainnya. Mereka terpaksa mengambil pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sebagian besar pedagang di Pasar Jatinegara sudah berjualan turun-temurun. Namun, generasi muda enggan melanjutkan usaha orang tua karena dinilai kurang menguntungkan dan penuh risiko.

Upaya Pedagang Bertahan di Tengah Sepinya Pasar

Meski kondisi semakin sulit, beberapa pedagang masih mencoba berbagai cara agar tetap bertahan:

  • Menjual secara online. Beberapa pedagang mulai memanfaatkan media sosial dan marketplace untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.
  • Memberikan promo khusus. Diskon langsung, bonus pembelian, atau layanan pesan antar menjadi strategi untuk menarik konsumen.
  • Menambah jenis barang dagangan. Ada pedagang yang kini menjual barang tambahan seperti aksesoris, sandal, hingga masker untuk menambah pendapatan.

Namun, tidak semua pedagang mampu beradaptasi dengan teknologi. Banyak pedagang senior yang merasa kesulitan menggunakan platform digital.

Dukungan Pemerintah Masih Terbatas

Pemerintah sebenarnya telah berupaya membantu pedagang pasar tradisional, seperti dengan program revitalisasi pasar dan pelatihan digitalisasi. Namun, efeknya masih belum merata.

Sebagian pedagang merasa bantuan yang diberikan belum menyentuh akar masalah, seperti tingginya biaya sewa dan rendahnya jumlah pengunjung.

Rima, misalnya, mengaku pernah mengikuti pelatihan jualan online yang diadakan pemerintah, tetapi tidak bisa langsung diimplementasikan karena keterbatasan modal dan keahlian teknologi.

Potensi Pasar Tradisional Jika Dikelola dengan Baik

Sebenarnya, pasar tradisional masih memiliki potensi besar. Banyak konsumen yang masih mencari suasana belanja yang lebih personal dan harga yang bisa ditawar.

Selain itu, pasar tradisional juga menjadi salah satu identitas budaya kota. Pasar Jatinegara, misalnya, bukan hanya tempat transaksi, tetapi juga sarana interaksi sosial, tempat bertukar cerita, dan ruang hidup bagi banyak keluarga.

Jika dikelola dengan baik, pasar tradisional bisa dihidupkan kembali melalui beberapa cara berikut:

  • Mengadakan event rutin seperti festival kuliner, bazar, atau pasar malam untuk menarik pengunjung.

  • Menata ulang fasilitas pasar agar lebih nyaman, bersih, dan modern tanpa menghilangkan keunikan tradisionalnya.

  • Memberikan subsidi sewa atau insentif bagi pedagang yang terdampak penurunan pengunjung.

  • Mengoptimalkan promosi digital, baik melalui media sosial maupun kolaborasi dengan influencer lokal.

Apa yang Bisa Kita Lakukan Sebagai Konsumen?

Selain menuntut perhatian pemerintah, dukungan dari masyarakat juga sangat penting. Mengunjungi pasar tradisional, membeli produk lokal, dan membantu mempromosikan usaha pedagang kecil di media sosial adalah langkah sederhana yang bisa berdampak besar.

Dengan mendukung pasar tradisional, kita juga membantu menjaga lapangan kerja, melestarikan budaya, dan mendorong perekonomian lokal.

Penutup

Pasar Jatinegara, sebagai salah satu pasar tertua di Jakarta, saat ini menjadi saksi bisu pergeseran zaman. Cerita Rima dan pedagang lain menunjukkan betapa beratnya perjuangan mereka untuk tetap bertahan di tengah gempuran pasar modern dan tuntutan hidup yang semakin berat.

https://marocafrik.com/

https://melrosepromenade.com/

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*