Kena Serangan Siber, Dua raksasa ritel Inggris, Marks & Spencer (M&S) dan Harrods, menjadi korban serangan siber besar yang melumpuhkan sistem internal mereka. Serangan ini berdampak serius pada operasional, terutama bagi M&S yang harus menghentikan seluruh layanan pemesanan online.
Marks & Spencer, salah satu ritel terbesar di Inggris, baru-baru ini mengalami serangan siber besar-besaran yang menyebabkan kerugian fantastis sebesar Rp15,35 triliun. Insiden ini menjadi bukti nyata bahwa serangan siber perusahaan dapat menghancurkan reputasi dan finansial bahkan bagi perusahaan ritel raksasa dunia.
Kronologi Serangan Siber Marks & Spencer
Serangan ini pertama kali terdeteksi pada akhir kuartal pertama 2025. Sistem internal Marks & Spencer mengalami gangguan parah, termasuk kebocoran data pelanggan dan gangguan pada rantai pasokan mereka. Pihak perusahaan mengonfirmasi bahwa serangan siber ini didalangi oleh kelompok hacker yang belum diungkap identitasnya.
Dalam pernyataan resminya, manajemen Marks & Spencer mengungkapkan bahwa data sensitif, termasuk informasi pembayaran dan data pelanggan, berpotensi diakses oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Dampak Kerugian Marks & Spencer
Menurut laporan keuangan terbaru, kerugian Marks & Spencer akibat serangan siber ini mencapai £760 juta atau setara dengan Rp15,35 triliun. Selain kerugian finansial, perusahaan juga menghadapi:
-
Penurunan kepercayaan konsumen
-
Anjloknya harga saham hingga 18% dalam waktu seminggu
-
Biaya tambahan untuk pemulihan sistem TI dan keamanan data
-
Potensi tuntutan hukum dari pelanggan yang datanya bocor
Insiden ini menjadi pukulan berat di tengah upaya Marks & Spencer untuk bertransformasi ke model bisnis digital pasca-pandemi.
Upaya Pemulihan dan Strategi Keamanan Baru
Marks & Spencer tidak tinggal diam. Perusahaan telah bekerja sama dengan pakar keamanan siber internasional untuk memperkuat sistem pertahanan digital mereka. Langkah-langkah strategis yang ditempuh antara lain:
-
Peningkatan enkripsi data pelanggan
-
Implementasi sistem keamanan berbasis AI untuk mendeteksi ancaman lebih dini
-
Pelatihan keamanan digital untuk seluruh karyawan
-
Audit berkala terhadap infrastruktur TI
Pihak manajemen menegaskan komitmen mereka untuk menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama ke depan.
Pelajaran dari Serangan Siber Terhadap Perusahaan Besar
Kasus serangan siber Marks & Spencer menjadi alarm bagi semua perusahaan, besar maupun kecil, bahwa ancaman dunia maya semakin nyata. Investasi di bidang keamanan siber bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk melindungi bisnis dan kepercayaan konsumen.
Dalam era digital saat ini, serangan siber dapat terjadi kapan saja. Perusahaan harus proaktif membangun pertahanan, memperbarui protokol keamanan, dan meningkatkan kesadaran di seluruh level organisasi.
Kesimpulan
Serangan siber yang menimpa Marks & Spencer menjadi bukti nyata betapa pentingnya keamanan data di era digital. Akibat insiden ini, perusahaan ritel ternama asal Inggris tersebut mengalami kerugian besar hingga Rp15,35 triliun. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi bisnis global untuk segera memperkuat sistem keamanan siber dan melindungi data pelanggan. Dengan meningkatnya ancaman serangan siber di seluruh dunia, investasi dalam teknologi keamanan informasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Marks & Spencer kini tengah berupaya memulihkan kepercayaan pelanggan dan memperkuat pertahanan digital mereka agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Kasus serangan siber Marks & Spencer ini mengingatkan kita semua bahwa risiko keamanan digital adalah tantangan serius yang harus dihadapi dengan strategi yang tepat.